- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Sumber Gambar: www.jpnn.com
Ditulis: Fatkhuri
Beberapa hari terakhir media
sosial diramaikan dengan pengakuan Krisdayanti yang akrab dipanggil KD atas
pernyataannya terkait besaran pendapatan yang dia terima sebagai anggota DPR.
Dalam wawancara di kanal youtube Akbar Faisal Uncensored, KD pada menit ke
30 sampai 31.50 menyampaikan bahwa sebagai anggota Dewan, dia menerima gaji pokok
16 juta setiap tanggal 1 dan berbagai tunjangan sebesar 59 juta setiap tanggal
5. Selanjutnya KD juga menerima dana aspirasi
setiap reses 450 juta—diterima sebanyak 5 kali dalam satu tahun. Lebih jauh, KD
menyatakan bahwa anggota dewan juga menerima dana kunjungan dapil sebesar 140
juta—diterima 8 kali dalam satu tahun.
Jika pernyataan KD itu
benar, anggota DPR memang memiliki pendapatan yang luar biasa besar. Merujuk pada
angka-angka yang disebutkan KD, bisa kita hitung pendapatan rata-rata per bulan
anggota dewan total adalah 355,833,333 (tiga ratus lima puluh lima juta delapan
ratus tiga puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah), atau pendapatan
per tahun sebesar 4,270,000,000 (empat milyar dua ratus tujuh puluh juta
rupiah). Dengan angka yang sedemikian
fantastis, tidak heran jika banyak sekali masyarakat kita yang memiliki minat
menjadi anggota Dewan.
Biaya Politik Yang Tinggi
Jika melihat pernyataan jujur
KD mengenai pendapatan anggota DPR, rasanya tidak kaget jika minat masyarakat
kita untuk terjun dalam politik praktis memang terbilang tinggi. Kecenderungan
tersebut dapat kita lihat dari data calon anggota legislatif DPR RI (DCT) yang
terus mengalami peningkatan setiap periode pemilu. Sebagaimana dilansir Kompas.com
(21/9/2018), jumlah calon anggota dewan (DPR RI) yang ditetapkan KPU pada pemilihan
umum legislatif (Pileg) tahun 2019 sebesar 7,968 orang calon. Dari jumlah
tersebut, 3,194 orang (40%) berasal dari caleg perempuan. Data DCT pada pileg 2019
mengalami peningkatan lebih dari 20% jika dibanding dengan DCT hasil penetapan
pileg tahun 2014 sebanyak 6.608 orang (liputan6.com, 22/8/2013). Artinya,
meskipun peluang para caleg untuk duduk di kursi DPR RI cukup kecil dengan rasio 1:14, rasa
bangga, pendapatann yang tinggi dan berbagai jenis kemewahan lainnya tidak
menyurutkan langkah mereka untuk mencari peruntungan ikut dalam perhelatan pileg.
Apalagi persyaratan untuk menjadi anggota DPR RI termasuk longgar, di antaranya
hanya cukup memenuhi usia minimal 21 (dua puluh satu) tahun, kualifikasi pendidikan
minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sehat jasmani dan rohani. Persyaratan yang
longgar ini menjadi peluang emas bagi mereka yang memiliki ambisi berebut kursi
panas tersebut.
Namun demikian, untuk terjun
menjadi caleg membutuhkan modal yang tidak sedikit. Di sini mereka yang ingin mengikuti
pileg harus mempertimbangkan secara matang amunisi yang mesti disiapkan sebelum
terjun bertarung memperebutkan kursi di Senayan tersebut. Artinya, tidak cukup
hanya bermodal ambisi dan semangat serta idealisme, tetapi juga membutuhkan modal
finansial yang tidak kecil. Sebagaiamana dituturkan oleh KD, untuk menjadi
anggota dewan, dia harus merogoh kocek sampai angka 3 Milyar. Jumlah yang
terbilang besar untuk ukuran rakyat biasa, meskipun modal yang dikeluarkan KD dianggap
kecil (sekali) oleh para kompetitor dalam Pileg.
Untuk seorang KD yang telah
lebih dahulu menjadi pesohor (seorang Diva dan artis papan atas Indonesia), modal
sebesar 3 Milyar sebenarnya termasuk tinggi. Sebagai seorang artis terkenal, seharusnya
angka tersebut bisa ditekan sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit. Namun
jika KD saja sampai menghabiskan 3 Milyar, artinya untuk mereka yang sama
sekali tidak dikenal publik (orang biasa saja) bisa jadi lebih dari 2 kali
lipatnya (6 sampai 9 Milyar). Angka ini bukanlah sesuatu yang berlebihan sebab caleg
memang membutuhkan modal besar. Menurut Pramono
Anung yang pernah melakukan penelitian untuk Desertasi S3-nya dan desertasi tersebut
telah dibukukan dengan judul “Mahalnya Demokrasi, Memudarnya Ideologi,” biaya
politik yang dibutuhkan setiap caleg cukup besar berkisar 300 juta sampai 6 miliar. Menurutnya, semakin populer seorang
caleg maka akan semakin kecil biaya politik yang dikeluarkan (300 juta hingga 800
juta), dan Pramono bahkan bercerita ada seorang caleg yang mengeluarkan modal
hingga 22 Milyar (Kompas.com, 04/12/2013).
Jika merujuk pernyataan Pramono, maka bisa kita simpulkan bahwa angka 3 Milyar yang
dikeluarkan KD sebagai seorang pesohor (artis) terbilang tinggi.
Cerita di atas menyiratkan
satu hal bahwa terjun dalam politik praktis memang mahal. Jika KD yang sudah
cukup popular di mata rakyat saja masih harus mengeluarkan uang yang cukup
besar, maka siapa pun kita yang belum cukup terkenal dan tidak memiliki modal
sosial yang memadai, harus menyiapkan diri dengan modal yang cukup baik dari
sisi material maupun non material.
Baca juga:
Tonton Juga Isu Terkait di Youtube Fatkhuri Channel
Comments
Post a Comment