- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Sumber Gambar: https://bisnis.tempo.co/
Beberapa
hari terakhir saya baru mendengar istilah Porang. Istilah Porang saya temukan
setelah membaca pemberitaan yang bersumber dari pernyataan Jokowi yang
menyampaikan jenis tanaman tersebut bisa untuk menggantikan bahan konsumsi (beras)
di masa depan. Jokowi mengutarakan bahwa porang ini akan menjadi makanan
pengganti nasi dan cocok untuk dikonsumsi karena dinilai memiliki rendah
kalori, rendah karbon, dan juga rendah kadar gula.
Karena
penasaran, saya kemudian searching di google untuk mengetahui arti
Porang. Mungkin karena tergolong baru, istilah Porang tidak saya temukan
artinya di situs di https://kbbi.web.id/. Tidak
kurang akal, saya coba cari dari berbagai pemberitaan yang sudah beredar luas. Rupanya
Porang sudah cukup lama menjadi isu di media, meski belum banyak menarik
perhatian publik. Situs https://money.kompas.com/
misalnya, pernah mengulas Porang pada tanggal 29/07/2020, atau 13 bulan yang
lalu. Di sana Kompas.com mengawali ulasannya dengan ketidaktertarikan publik di
masa lalu pada tanaman jenis ini. Menurut sumber tersebut, masyarakat dulu banyak
mengabaikan tanaman liar ini di pekarangan rumah. Namun, saat ini porang justru
mulai banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah.
Lalu apa sih Porang itu?
Dari
berbagai sumber yang bisa saya rangkum, Porang adalah tanaman umbi-umbian yang
memiliki banyak manfaat serta menjadi sumber karbohidrat. Porang memiliki nama
lain dalam istilah latin disebut Amorphophallus muelleri, dan di sebagian
daerah di Jawa, Porang lebih dikenal dengan istilah iles-iles. Porang rupanya
bukan hanya baik untuk dikonsumsi, ia juga merupakan tanaman yang sangat bermanfaat
di bidang industri dan kesehatan, karena tanaman ini memiliki kandungan
glukomannan pada tepung umbinya. Dilansir Kompas.com (29/7/2020) Porang umumnya
dimanfaatkan untuk kemudian diolah menjadi tepung yang dipakai untuk bahan baku
industri kosmetik, pengental, lem, mie ramen, dan campuran makanan. Melihat banyaknya
manfaat dari tanaman ini, saya memprediksi Porang bisa menjadi captive
market yang cukup menjanjikan di masa depan. Saat ini, umbi porang yang konon
bisa diolah menjadi tepung telah memiliki pasar ekspor seperti ke Jepang, China
dan sebagainya.
Menurut
sebuah cerita, saat ini mulai banyak generasi muda yang melakukan budidaya
tanamanan Porang. Dilansir tempo.co, Yoyok adalah salah satu pemuda di Madiun
yang saat ini lebih memilih menjadi petani untuk menanam porang. Berawal dari
menanam Porang dengan kepemilikan lahan hanya 0,3 ha di tahun 2010, saat ini Yoyok
telah memiliki lahan mencapai tiga ha yang ia peroleh dari hasil keuntungan
menanam Porang. Khusus mengenai keuntungan ini, Warsito petani Porang di lereng
Gunung Wilis menceritakan saat bertemu Presiden Jokowi bahwa dari satu ha lahan
yang dimiliki, ia bisa memperoleh dua puluh ton umbi porang dalam masa tanam
delapan bulan. Jumlah tersebut setara dengan 40 juta jika dirupiahkan (Tempo.co,
20/8/2021).
Melihat
prospek Porang yang cukup menjanjikan, tanaman ini bisa menjadi salah satu makanan pokok selain beras. Oleh karena itu dalam jangka panjang, Porang juga bisa
menjadi alternatif untuk melakukan diversifikasi makanan sehingga bisa menjadi
solusi mengatasi kelangkaan pangan domestik. Dengan adanya ancaman krisis
pangan saat ini dan di masa yang akan datang, Porang oleh karenanya bisa
menjadi salah penentu bagi kemandirian pangan bangsa kita. Selanjutnya, melihat
aspek bisnis tanaman ini, ada harapan besar banyak anak-anak muda kita di masa
depan mulai melirik profesi petani Porang ini. Apalagi Indonesia saat ini mulai
mengalami krisis petani. Hadirnya Porang bisa untuk mengatasi krisis ini dengan
cara terus mempromosikan pertanian Porang sebagai profesi yang profitable
bagi anak-anak muda. Penting dicatat, mengacu pada data hasil riset LIPI 2017,
Indonesia telah mengalami penurunan jumlah petani sebesar 5 juta dari 14 juta
di tahun 2001 menjadi 9 juta di tahun 2015. Jumlah tersebut diprediksi akan
turun hingga ke angka 6 juta di tahun 2025. Melihat data tersebut pemerintah
perlu mendorong agar generasi milineal dan Z yang saat ini jumlahnya sudah
mencapai 53% dari total penduduk Indonesia bisa menjadi bagian penting dari
perubahan sektor pertanian sehingga profesi petani sebagai penyangga pangan
bangsa menjadi lebih baik di masa depan. Pemuda perlu mulai diarahkan untuk
menggeluti profesi ini. Apalagi tanaman ini relatif tidak membutuhkan perawatan
yang rumit. Dengan menggunakan pendekatan teknologi yang menjadi gaya hidup
anak muda kita, saya kira budidaya tanaman Porang ini akan jauh lebih produktif.
Baca juga: Melihat Potensi Desa di Indonesia
Comments
Post a Comment