Menulis Untuk Menyuarakan Kebenaran



Sumber Gambar:  https://www.suaradewata.com/


Ditulis: Fatkhuri

Saya mengajak beberapa kolega untuk bisa berpartisipasi menulis untuk dimuat dalam blog literasi warga yang belum lama saya buat. Kepentingan saya mengajak mereka untuk menulis agar ada pengalaman dan pengetahuan yang bisa mereka bagi untuk publik tentang berbagai isu/masalah yang mereka hadapi.  Bagi saya, pengetahuan dan pengalaman masing-masing orang itu unik. Kita bisa belajar banyak hal dari mereka. Melalui informasi yang dituangkan dalam pahatan kata-kata, kita juga bisa melihat pelbagai perspektif yang bermanfaat untuk memperkaya horison pengetahuan kita. Inilah sesungguhnya manifestasi merayakan pemikiran sebagai tagline dari portal yang saya buat. Dari suara warga kita belajar dan dari suara warga pula kita juga bisa rumuskan berbagai harapan dan cita-cita untuk masa depan yang lebih baik.


Dari beberapa kolega yang saya hubungi, saya bisa bagi respon mereka ke dalam tiga bagian. Pertama menyatakan kesediaan, tapi karena berbagai kesibukan hal tersebut tidak bisa dipenuhi. Kedua merasa tidak memiliki kemampuan, tidak percaya diri, dan malu untuk menulis. Ketiga merasa tidak ada pengalaman yang bisa dibagi. 


Dari tiga bentuk respon tersebut, saya bisa mengambil hipotesis bahwa menulis memang bukan pekerjaan mudah. Meskipun setiap orang punya pengetahuan, pengalaman, masalah, pendapat dan harapan, namun hal tersebut tidak mudah untuk dituangkan dalam tulisan. Tradisi masyarakat kita memang begitu kuat dengan tradisi lisan. Oleh karena itu, setiap hal hampir bisa dipastikan akan lebih nyaman untuk disampaikan secara verbal ketimbang harus dituliskan dalam bentuk kata-kata. Apalagi masing-masing orang punya kesibukan, sementara untuk membuat tulisan dibutuhkan perenungan mendalam, menyusun kerangka berfikir, dan merumuskan gagasan dan menuangkannya dalam tulisan. Ini tampaknya mudah, tetapi sesungguhnya membutuhkan usaha (effort) yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukannya. 


Namun demikian, belajar merupakan proses panjang dan tidak mengenal waktu serta usia (long life education). Melalui portal ini, saya mau mengajak siapa pun untuk sama-sama belajar dan sama-sama berbagi untuk tujuan mencerahkan publik. Di era pasca-kebenaran (post truth) di mana disrupsi informasi mengubah wajah kebohongan menjadi kebenaran, mengajak masyarakat untuk berani bersuara dan menyampaikan gagasan mereka rasanya penting untuk dilakukan. Menuliskan pengalaman setiap orang dengan kejujuran bisa menjadi penyeimbang disrupsi informasi yang saat ini begitu dominan. Dengan demikian, budaya sharing informasi yang berbau kebohongan (hoax) bisa kita minimalisir pelan-pelan. Pada akhirnya kebenaran lah yang akan menjadi pemenang.  


Baca juga: 

Bisa Menggantikan Nasi, Apa Itu Porang?

Pentingnya bersinergi

Memaknai Reuni


Comments