- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Sumber Ilustrasi: Bola.net
Penulis: Fatkhuri
Lionel Messi dan Greysia Polii adalah dua pemain top dunia di bidang
olah raga yang berbeda, yakni Sepak Bola dan Bulu Tangkis. Namun, keduanya
memiliki kesamaan, meski tak serupa. Messi
baru saja membawa negaranya menjuarai Piala Copa America 2021. Sementara
Greysia Polii baru saja meraih Medali Emas di Olimpiade Tokyo, Jepang. Keduanya
adalah atlit top dunia yang lahir di tahun yang sama. Messi lahir di Rosario,
Argentina pada tanggal 24 Juni 1987 (usia 34 tahun), dan Greysia Polii lahir di
Jakarta, 11 Agustus 1987 (usia 33 tahun). Baik Messi maupun Greysia sama-sama
meraih prestasi terbaik untuk negaranya di penghujung karir mereka. Keduanya
juga sama-sama pernah memutuskan pensiun karena gagal membawa juara bagi
negaranya.
Perjalanan Messi
Siapa yang tidak mengenal Lionel Messi, salah satu ikon sepak bola dunia
dengan segudang prestasi bersama klubnya Barcelona (Barca). Bersama Barca, Messi
hampir bisa dikatakan telah meraih segalanya diantaranya meraih 6 kali Ballon d’Or,
top skor klub dengan jumlah 672 gol, dan berhasil membawa Barca
menjuarai liga Champion selama empat kali di tahun 2006, 2009, 2012, dan 2015. Atas
capaian tersebut, publik memberikan julukan untuk Messi sebagai Greatest of All
Time (GOAT) bentuk penghargaan sebagai salah satu the best player in the
world.
Namun, siapa sangka Messi juga pernah gagal dalam karirnya. Sebagai
pemain hebat, nyatanya Messi juga merasakan bagaimana sakit dan kecewanya
menerima kegagalan demi kegagalan. Kontras dengan apa yang ia peroleh di Barca,
bersama negaranya Messi benar-benar mendapatkan ujian yang luar biasa. Sebagai pemain
terbaik dunia, publik Argentina mengelu-elukan Messi dan sangat bergantung
padanya untuk membawa Argentina Juara. Selama keterlibatannya dalam Timnas
senior, hampir bisa dipastikan Messi selalu gagal membawa Argentina Juara. Sampai
sebelum tahun 2021, prestasi Messi bersama seragam Timnas senior mentok sampai
runner up Piala Dunia 2014 (kalah dari Jerman), runner up Copa America secara
beruntun di tahun 2015 dan 2016 dengan Tim yang sama yaitu Chile. Atas
kegagalan demi kegagalan tersebut, Messi pernah memutuskan untuk tidak lagi menjadi
bagian dari Timnas Argentina selama dua kali. Pertama memutuskan pensiun setelah
gagal membawa Argentina juara dalam ajang Copa America tahun 2016 dan 2015. Kedua,
memutuskan pensiun setelah gagal membawa Argentina melaju ke perempat final di
Piala Dunia 2018. Namun, masa pensiun Messi tidak berlangsung lama, karena pada
akhirnya dia mulai bisa menerima kenyataan dan memutuskan kembali membela
Timnas tak lama setelah menyatakan pensiun pertamanya, dan bergabung dengan
Timnas Kembali di tahun 2019 setelah memutuskan pensiun di tahun 2018.
Baca Juga: Lionel Messi vs Barcelona: Perpisahan yang tak diharapkan
Bagaimana pun, buah dari kesabaran dan kegigihan Messi pada akhirnya berujung
manis. Pada ajang piala Copa America 2021, dia berhasil membawa Argentina juara.
Inilah prestasi terbaik Messi bersama negaranya setelah rentetan kegagalan demi
kegagalan yang ia dapatkan. Wajar jika kemudian Messi begitu emosional, merasakan
haru tapi juga bahagia yang tak terhingga ketika Argentina memastikan juara setelah
menang 1-0 atas Brasil. Final Copa America seperti pertaruhan hidup mati bagi
Messi, di usianya yang tidak lagi muda untuk seorang atlit.
Perjalanan Greysia Polii
Sama seperti jejak Messi di Sepak Bola, Greysa Polii merupakan ikon bulu
tangkis Putri Indonesia yang baru saja memperoleh Medali Emas bersama Apriyani
Rahayu di Olimpiade Tokyo, Jepang, namun akrab dengan rentetan kegagalan. Perjalanan
Greysia juga jatuh bangun. Untuk bisa sampai ke puncak karir, Greysia pernah gagal
di berbagai event Internasional bahkan yang menyakitkan adalah ketika
mengikuti ajang Olimpiade di London tahun 2012. Saat itu, bersama pasangan
ganda putri Meiliana Jauhari, Greysia didiskualifikasi karena dianggap melanggar
kode etik akibat sengaja mengalah ketika berjumpa pasangan ganda putri Korea Selatan,
Ha Jung Eun dan Kim Min Jung.
Peristiwa di Olimpiade London 2012 benar-benar membuat Greysia Polii
terpukul dan merasa menjadi orang yang tidak berguna. Setelah peristiwa
tersebut, Greysia Polii sempat ingin gantung raket, meski kemudian niat
tersebut diurungkan. Pada akhirnya Greysia kembali menjadi bagian dari
kontingen yang di bawa ke Brasil pada Olimpiade Rio di tahun 2016. Bersama
pasangannya Nitya Krsihinda, Greysia hanya sampai melaju ke perempat final, dan
gagal untuk membawa Emas untuk Indonesia. Setelah ajang Olimpiade 2016,
lagi-lagi Greysia memutuskan ingin pensiun karena gagal meraih juara. Hingga
akhirnya, akhir manis dari sebuah penantian panjang dan berliku itu datang. Bersama
pasangan yang baru Apriliani Rahayu, Greysia akhirnya dapat meraih juara dengan
memperoleh medali Emas, setelah mengalahkan pasangan Ganda Putri dari China, Chen Qing dan Jia Yi Fan di Musashino Forest Sport Plaza, melalui kemenangan
straight game dengan skor 21-19, 21-15.
Lionel Messi dan Greysia Polii adalah dua ikon pemain
terbaik dunia. Namun, mereka juga pernah mengalami rentetan kegagalan, pernah
terpuruk hingga merasa tidak berguna bagi sekelilingnya dan terutama negaranya.
Dari mereka kita bisa belajar, tidak ada kesuksesan yang diperoleh secara instant.
Untuk sampai pada tangga juara, perlu usaha keras, gigih, dan kesabaran yang tidak
pernah menemui ujungnya (sabar tanpa batas). Mereka adalah orang-orang terpilih
yang telah berhasil melewati jalan panjang pahitnya perjuangan. Selamat untuk
Messi dan Greysia!!
Comments
Post a Comment